Hari ini, Senin (1/1/2024), menyambut kedatangan tahun baru dalam kalender 2024 dengan nuansa istimewa. Tak hanya sebagai awal tahun yang diantisipasi oleh masyarakat Indonesia karena mendekati gelaran Pemilihan Umum Serentak pada bulan Februari, namun 2024 juga mempunyai keistimewaan tersendiri.
Tahun ini, kita tidak hanya akan menjalani kisaran 365 hari seperti biasa, melainkan satu hari tambahan. Akuratnya, 365 hari, 5 jam 48 menit, dan 45,1814 detik. Dampaknya, Februari akan menyambut satu hari ekstra, dari biasanya 28 hari menjadi 29.
Alasan di balik fenomena ini adalah keberadaan tahun kabisat pada tahun 2024. Menurut Jean Meuus, seorang ahli astronomi terkemuka dalam karya serialnya yang berjudul "Astronomical Algorithms," tahun kabisat atau Leap Year ditambahkan satu hari guna menyelaraskan penanggalan dengan peredaran astronomi.
Sejarah mencatat, konsep tahun kabisat sebagaimana yang dijelaskan oleh Jean, mulai diadopsi sejak dikeluarkannya kalender Gregorian pada tahun 1512.
Pengenalan tahun baru 2024 ini tidak hanya memberi semangat tersendiri bagi masyarakat Indonesia dalam menghadapi Pemilihan Umum Serentak yang mendekat, tetapi juga menyoroti aspek astronomi yang memperkaya kalender kita.
Tahun 2024 menjadi saksi perubahan tak hanya dalam penomoran, tetapi juga dalam durasi waktu yang kita ikuti. Tak sebatas 365 hari, tahun ini memiliki "bonus" waktu sebanyak 5 jam 48 menit dan 45,1814 detik. Dan hasil dari perhitungan akurat ini memunculkan "hari tambahan" pada bulan Februari, menjadikannya 29 hari, sebuah pengecualian dalam rutinitas kalender kita.
Praktek tahun kabisat, seperti yang ditegaskan oleh ahli astronomi terkemuka Jean Meuus dalam karyanya yang berjudul "Astronomical Algorithms," memberikan penjelasan yang menarik. Tujuan utama dari tahun kabisat adalah untuk menyelaraskan penanggalan kita dengan gerak astronomi, menambahkan satu hari dalam perhitungan secara berkala.
Sejarah mencatat, konsep tahun kabisat yang diuraikan oleh Jean Meuus sudah ada sejak diberlakukannya kalender Gregorian pada tahun 1512, yang menjadi tonggak dalam penyesuaian kalender dengan peredaran astronomi. Dengan demikian, tahun 2024 bukan hanya sekadar angka baru dalam kalender, tetapi juga menyimpan kisah menarik tentang hubungan antara waktu manusia dengan gerak langit yang terus berubah.