Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Opini Soshum: The Power of Image

The Power of Image

Membangun Struktur Pikiran

Perdagangan bebas menimbulkan persaingan dan pertumbuhan ekonomi yang semakin meningkat. Namun, pertumbuhan ekonomi di Indonesia belum sepenuhnya merata. Kegiatan usaha ekonomi yang dijalankan masyarakat dengan tingkat ekonomi kelas menegah ke bawah tidak terlalu diminati konsumen. Akibatnya, pendapatan yang mempengaruhi kualitas hidup mereka juga semakin menurun.

Berbeda dengan barang dan jasa yang dijual oleh merek ternama semakin diminati masyarakat. Minat masyarakat yang tinggi dipengaruhi oleh citra yang dibangun. "Ada harga, ada kualitas", konsep tersebut mengakibatkan kecenderungan masyarakat untuk menganggap produk yang lebih mahal memiliki kualitas yang lebih terjamin. Padahal, tidak semua produk dengan harga terjangkau memiliki kualitas yang buruk.

Masyarakat terbukti lebih memilih berbelanja di pasar modern dibandingkan pasar tradisional. Berdasarkan hasil kajian Kementerian Koperasi dan UKM dengan PT Solusi Dinamika Manajemen (2005) menunjukkan bahwa kehadiran pasar modern telah mengancam eksistensi pasar tradisional dan berdampak pula pada penurunan omset penjualannya (Sarwoko,2008).

Sebuah citra sengaja dibangun dalam bentuk kalimat promosi yang melekat di masyarakat. Citra tersebut adalah salah satu bentuk dari Struktur pikiran. Struktur ini bertujuan agar masyarakat terdorong untuk membeli produk yang ditawarkan. Namun, kegiatan usaha ekonomi masyarakat kelas menengah ke bawah belum memiliki citra yang kuat untuk menarik konsumen. 

Struktur pikiran berkaitan dengan peran bahasa yang memberi makna dan kekuatan pada kalimat promosi. Kalimat promosi yang menarik bisa memunculkan perasaan puas dalam diri konsumen. Emosi yang muncul ini dapat dikatakan sebagai wujud keberhasilan peran bahasa untuk mempengaruhi pikiran konsumen.


Pandangan Strukturalisme Ferdinand de Saussure dan Levi Strauss

Strukturalisme adalah sebuah pemikiran filsafat yang ditujukan untuk memahami pola-pola dasar di kehidupan manusia yang bersifat tetap dalam berbagai realitas. Pikiran manusia secara tidak sadar memiliki struktur-struktur pikiran tertentu sehingga mempengaruhi tindakan yang akan dilakukan. 

Strukturalisme berpusat pada deskripsi keadaan aktual dari objek lewat penyelidikan, pengungkapan sifat intrinsiknya yang tidak terikat dengan waktu, penetapan hubungan antara fakta dan berbagai unsur sistem dilakukan melalui pendidikan. Gagasan strukturalisme mengandung metodologi tertentu memajukan studi interdisipliner dengan pendekatan ilmu humaniora, budaya, maupun alam.

Ferdinand de Saussure, mengembangkan strukturalisme untuk menganalisis struktur bahasa dengan sistem korelasi antara bentuk dan makna. Pandangan Saussure untuk menganalisis kebudayaan didasari oleh pemikiran bahasa: (1) Bentuk (form) dan isi (content); (2) Bahasa (langue) dan wicara (parole); (3) Penanda (signifier) dan petanda (signified); (4) Sinkronis (synchronic) dan diakronis (diachronic); (5) Sintagmatis (syntagmatic) dan paradigmatis (associative).

Saussure mempertahankan dua aspek yang bersifat ganda dalam memahami makna tanda dari sebuah bahasa. Aspek pertama, tanda linguistik berkaitan dengan wujud atau bentuk suara. Lalu, aspek kedua yaitu berdasar pada pemikiran atau konsep. Oleh karena itu, tanda linguistik dapat berupa gambar dan suara yang akan lengkap bila menyatu dengan konsep.

Kemudian, Claude Levi Strauss mengembangkan dan memperluas ide struktural. Menurut Levi Strauss, strukturalisme bersifat universal sehingga dapat menganalisis berbagai masalah budaya. Sifatnya yang universal. Ia mengungkapkan bahwa manusia tidak dapat hidup pada dunia yang memiliki fakta yang kasar tetapi manusia hidup dalam dunia emosi ,ilusi, dan imajiner. 

Strukturalisme Levi Strauss berkaitan erat dengan isu antropologi untuk memahami dan menganalisis segala fenomena kebudayaan. Oleh sebab itu, adanya lima pemikiran dasar untuk memahami strukturalisme Levi Strauss, meliputi

Pertama, aktivitas sosial dan hasilnya secara formal adalah perangkat tanda dan simbol yang menyampaikan pesan-pesan tertentu. Dengan demikian, dalam berbagai fenomenanya terdapat keteraturan yang berulang. 

Kedua, semua manusia dapat menstrukturkan berbagai gejala yang dihadapinya. Dengan begitu, bila ingin mempelajari struktur yang ada peneliti harus mengungkapkan struktur permukaan terlebih dahulu. Kemudian,  mengungkapkan struktur dalam yang dianggap ada di balik sebuah fenomena. 

Ketiga, fenomena budaya dapat ditelaah lewat relasi sinkronis lalu ke relasi diakronis. Oleh karenanya, penganut strukturalisme mengacu pada hukum transformasi. Transformasi yang dimaksud adalah pola berulang yang dapat terlihat pada suatu pergantian dari suatu konfigurasi struktural menghasilkan kesimpulan peralihan rupa dan bentuk dari struktur. 

Keempat, berbagai relasi dari struktur yang mungkin kompleks dapat disederhanakan menjadi oposisi berpasangan. Sistem ini membagi dunia dalam dua klasifikasi yang berkaitan dengan struktur sehingga setidaknya memiliki dua pengertian. 

Kelima, struktural dapat diklasifikasikan menjadi dua macam yaitu struktur lahir dan struktur batin. Struktur lahir artinya hubungan setiap unsur dari luar disusun berdasarkan ciri empiris, sedangkan struktur batin artinya hubungan setiap unsur dibangun dari analisis berbagai struktur lahir yang sudah dipelajari dan secara sadar maupun tidak sadar di pikiran manusia. 


Analisis Masalah

Masyarakat dengan ekonomi kelas bawah mengalami penurunan penghasilan akibat kalah bersaing dengan usaha ekonomi lain yang citra produk atau jasanya sudah dikenal baik oleh para calon pembeli. Menurut pandangan strukturalisme terdapat struktur yang menarik minat masyarakat untuk membeli produk atau jasa yang ditawarkan oleh merek terkenal. 

Pandangan strukturalisme Ferdinand de Saussure dan Levi Strauss, sebuah struktur tertentu berakar dari bahasa atau struktural linguistiknya. Bahasa menyampaikan pesan yang berisi promosi. Oleh karena itu, dapat dikatakan terdapat dinamika antara unsur strukturalisme pada pemikiran bahasa Saussure dengan pemikiran dasar yang dicetuskan Strauss sehingga menghasilkan kalimat promosi yang menarik. 

Kalimat promosi "ada harga, ada kualitas" memuat berbagai unsur dari pembentukan struktur bahasa. Kalimat promosi tersebut telah dibentuk semenarik mungkin bagi pembacanya, terlebih lagi bila ditambahkan gambar dan konsep tema yang sesuai. Isi kalimatnya, bermaksud mempengaruhi pemikiran calon konsumen agar menganggap harga yang dibayar setinggi kualitas yang akan diterima.

Selain itu, jika dilihat dari pandangan Strauss manusia hidup dalam dunia emosi ,ilusi, dan imajiner. Berkaitan dengan itu, sebuah citra yang dibangun lewat kalimat promosi akan lebih mudah diterima secara tidak sadar bila dapat mempengaruhi sisi emosi manusia. Oleh karena itu, kalimat promosi mempengaruhi citra produk, bahkan pendapatan yang dapat diterima.


Kesimpulan

Struktur bahasa berperan penting untuk membangun struktur pikiran. Struktur bahasa memuat tatanan bahasa yang dipakai untuk menyampaikan pesan tertentu. Struktur bahasa yang tepat pada kalimat promosi akan menghasilkan citra yang baik. Citra tersebut secara tidak sadar menjadi struktur pikiran yang mempengaruhi minat konsumen.

Masyarakat dengan tingkat ekonomi kelas menengah ke bawah dapat berpikir kreatif untuk membangun citra produk atau pelayanan jasa yang baik. Semakin kuat struktur pikiran yang dibangun dari citra barang atau jasa, maka semakin bertambah pula kepercayaan dan minat konsumen terhadap produk yang ditawarkan. Dengan begitu, pendapatan akan meningkat dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia juga lebih merata.

Posting Komentar untuk "Opini Soshum: The Power of Image"