Opini Tjandra Yoga Aditama: Zoonosis dan One Health

Opini Tjandra Yoga Aditama: Zoonosis dan One Health

Zoonosis dan One Health

Tjandra Yoga Aditama
Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI, Guru Besar FKUI, Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara


Kemudian, 75 persen dari patogen yang baru muncul juga berasal dari hewan. Lalu, 80 persen patogen dalam kaitan bioterorisme juga berhubungan dengan hewan. Selain itu akan dibutuhkan lebih dari 70 persen tambahan protein hewani untuk konsumsi manusia sampai 2050 sehingga keamanan pangan menjadi hal penting.

Pandemi Covid-19 pada awalnya juga diperkirakan berhubungan dengan hewan. Ada yang menyebut kelelawar, ada pula yang memperkirakan dari trenggiling, dan lain-lain. Kendati kini Covid-19 sudah mereda, kita tahu di masa datang akan ada pandemi lagi yang melanda dunia. Kita hanya tidak tahu kapan akan terjadi dan penyakit apa yang jadi pemicu pandemi sesudah Covid-19 ini.

Dari analisis ilmiah, setidaknya ada tiga kemungkinan penyebab pandemi yang akan datang, yakni influenza mengacu pada pandemi 1918, penyakit zoonosis yang memang punya potensi besar, dan sesuatu yang belum kita ketahui yang disebut sebagai disease X.


One Health atau Satu Kesehatan

Karena zoonosis merupakan masalah kesehatan penting dunia di masa kini dan masa datang, hal itu perlu ditangani secara menyeluruh. Kalau kita ambil contoh kasus antraks sekarang ini, maka ada sapi yang sakit, menular ke manusia, dan juga ditemukan spora antraks di tanah. Jadi, ada di hewan, di manusia, dan di lingkungan.

Untuk menanggulangi masalah yang ada yang merupakan interaksi manusia, hewan, dan lingkungan, perlu ditangani dengan pendekatan One Health atau Satu Kesehatan.

Salah satu contoh konkret kegiatannya adalah kalau ada informasi dari surveilans tentang adanya sapi yang sakit di satu desa, misalnya, petugas kesehatan hewan bersama-sama dengan petugas kesehatan lingkungan perlu turun bersama ke lokasi dan bekerja bersama. Tujuannya adalah untuk menangani semua masalah secara bersama dan mencegahnya agar jangan terjadi lagi.

Konsep Satu Kesehatan ini merupakan pendekatan kolaboratif dalam pelayanan kesehatan yang dilaksanakan secara terpadu lintas sektor terkait, tentu bersama masyarakat.

Salah satu contoh kenapa peran serta masyarakat diperlukan adalah kenyataan adanya fenomena tradisi brandu di daerah Gunung Kidul. Dalam hal ini, ada tradisi mengumpulkan iuran yang diserahkan kepada pemilik sapi yang sakit atau mati, lalu daging hewannya dibagikan kepada warga sekitar, yang tentunya dapat menimbulkan kasus antraks pada manusia.

Menghadapi situasi seperti ini, tentu tak cukup hanya ditangani petugas kesehatan atau petugas kesehatan hewan. Jelas perlu kemampuan sosial budaya dan perlu bekerja sama dengan masyarakat.

Secara umum, Satu Kesehatan berarti suatu pendekatan untuk merancang dan mengimplementasikan program, kebijakan, legislasi, dan riset yang di dalamnya berbagai sektor kesehatan manusia, kesehatan hewan, pertanian, dan lingkungan berkomunikasi dan bekerja bersama untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang makin baik.

Perlu diketahui, pendekatan Satu Kesehatan bukan hanya tentang zoonosis. Di dalam dokumen global One Health-Joint Plan of Action (OHJPA) dijelaskan ada enam jalur kegiatan (action track) Satu Kesehatan.

Pertama, bagaimana Satu Kesehatan dapat memperkuat sistem kesehatan. Kedua, mengurangi terjadinya endemi dan pandemi. Ketiga, mengendalikan zoonosis, penyakit tropis terabaikan, serta penyakit tular vektor. Keempat, penanganan keamanan pangan (food safety). Kelima, pengendalian resistansi antimikroba (antimicrobial resistance/AMR). Keenam, mengintegrasikan aspek lingkungan dalam konsep Satu Kesehatan.

Keenam jalur kegiatan ini jelas-jelas mencakup bagian besar dari kesehatan dunia dan tentunya juga kesehatan masyarakat kita. Karena itu, pembentukan joint plan of action di tingkat global ini perlu ditindaklanjuti dengan national plan of action di negara kita. Bahkan, bila mungkin, juga sub-national plan of action di tingkat kota/ kabupaten, katakanlah dalam bentuk rencana aksi daerah.

Adanya rencana aksi tingkat nasional dan daerah akan mengamanatkan lembaga dan pemangku kepentingan di tingkat kota/kabupaten untuk bekerja secara lintas sektor, memanfaatkan pendekatan Satu Kesehatan untuk mengatasi tantangan pada aspek interaksi antarmanusia-hewan-lingkungan.


Diimplementasikan di lapangan

Di tingkat global ada empat organisasi internasional yang berhubungan dengan konsep Satu Kesehatan, yaitu Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (WOAH), dan Program Lingkungan PBB (UNEP).

Pemimpin keempat organisasi ini pada 17 Maret 2022 menandatangani Memorandum of Understanding for New Era of One Health Collaboration yang jelas-jelas merupakan komitmen tingkat dunia.

Kita patut berbangga bahwa negara kita juga sudah menunjukkan kepemimpinan internasional dalam Satu Kesehatan. Ketika Indonesia memegang presidensi G20 tahun 2022, dihasilkan G20 Lombok One Health Policy Brief.

Ada tujuh hal yang tercakup dalam policy brief ini. Pertama, peningkatan pemahaman tentang Satu Kesehatan dan advokasi pada pemangku kepentingan. Kedua, strategi dan kapasitas Satu Kesehatan dalam kegiatan pencegahan, persiapan, dan respons (pandemic preparedness, prevention and response/PPR).

Ketiga, pengorganisasian multisektor yang kompleks. Keempat, aspek finansial. Kelima, implementasi lapangan dan kepemimpinan. Keenam, alih teknologi dan pertukaran pengalaman. Ketujuh, pemantauan dan evaluasi, termasuk pemanfaatan self assesment questionaire.

Keberhasilan di tingkat G20 ini kemudian dilanjutkan tahun ini. Kita tahu bahwa pada 2023 Indonesia memegang keketuaan ASEAN. Dengan keketuaan kita, telah berhasil dikeluarkan ASEAN Leader Declaration on One Health Initiative pada pertemuan pemimpin negara ASEAN di Labuan Bajo, Mei 2023.

Dalam deklarasi ini secara tegas disebutkan perlunya dibentuk Jaringan Kerja Satu Kesehatan ASEAN (ASEAN One Health Network) yang jelas, yang dalam kerjanya akan didukung Sekretariat ASEAN.

Kegiatannya adalah membentuk dan memperkuat kerja sama multisektoral dan melakukan koordinasi inisiatif Satu Kesehatan di antara negara-negara anggota ASEAN. Termasuk di antaranya memperjelas dan membina hubungan yang sudah ada dan yang berpotensi dikembangkan.

Dalam deklarasi ini juga jelas diamanatkan untuk membentuk kerangka kerja yang jelas dalam bentuk ASEAN One Health Joint Plan of Action, yang antara lain memuat target yang jelas serta terukur bentuk dan jangka waktu pencapaiannya.

Diharapkan Jaringan Kerja Satu Kesehatan ASEAN akan dapat diluncurkan sesudah pertemuan pemimpin negara ASEAN September mendatang dan ASEAN One Health Joint Plan of Action juga akan segera tersusun dan jadi acuan kerja Satu Kesehatan di kawasan ASEAN.

Ini akan menjadi salah satu bukti nyata keberhasilan kepemimpinan Indonesia dalam Satu Kesehatan di ASEAN pada tahun ketika kita memegang keketuaan ASEAN tahun ini.

Deklarasi para pemimpin ASEAN ini juga mencakup identifikasi kemungkinan ancaman pada kesehatan manusia, hewan, tanaman, dan lingkungan. Termasuk juga organisme yang mungkin menimbulkan penyakit zoonosis (zoonotic pathogens), yang berpotensi menimbulkan wabah dan juga pandemi.

Hasil analisis identifikasi ini akan amat berguna untuk kegiatan penelitian, pengembangan, dan penyiapan investasi untuk aktivitas pencegahan, persiapan, dan respons.

Juga digariskan tentang perlunya analisis menyeluruh dari implementasi Satu Kesehatan selama ini di kawasan ASEAN, untuk mengetahui apa yang sudah dilakukan dan apa yang perlu dikerjakan untuk memperkuatnya.

Disebutkan soal perlunya kolaborasi lintas sektor yang lebih baik lagi, termasuk kerja sama bilateral dan multilateral dalam ruang lingkup kesehatan manusia, kesehatan hewan peliharaan dan hewan liar, tanaman, dan lingkungan.

Dalam pelaksanaannya tentu diperlukan kerja sama dengan organisasi internasional dan juga upaya inovatif untuk dukungan anggarannya.

Keberhasilan kita di arena G20 dan ASEAN di atas tentu perlu secara langsung dioperasikan dan diimplementasikan di dalam negeri kita.

Momentum merebaknya kasus antraks sekarang ini, serta belum teratasinya kasus rabies di beberapa daerah, dapat digunakan sebagai semacam pencetus untuk benar-benar menerapkan konsep pendekatan Satu Kesehatan di tingkat nasional dan daerah di seluruh Indonesia.

Bentuk kegiatan nyata Satu Kesehatan di lapangan tentu akan amat bermanfaat bagi kesehatan bangsa kita, di masa kini dan masa datang. Satu Kesehatan amat penting dalam program kesehatan karena ”there is no health without one health”.

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال