Erapublik.com - Prof. Reini D. Wirahadikusumah adalah sosok yang benar-benar menginspirasi, bukan hanya karena pencapaiannya sebagai rektor pertama perempuan di Institut Teknologi Bandung (ITB), tapi juga karena dedikasinya yang kuat terhadap pendidikan dan konstruksi berkelanjutan. Menjabat sebagai Rektor ITB untuk periode 2020-2025, ia membawa perubahan nyata yang terasa di berbagai bidang akademik dan manajemen universitas.
Bisa dibayangkan, bagaimana perasaan seseorang ketika menorehkan sejarah baru, menjadi pemimpin di salah satu universitas teknik terbaik di Indonesia setelah hampir satu abad sejak kampus itu dibuka. Ada banyak momen di mana tanggung jawab besar ini bisa terasa membebani. Namun, itulah yang membuat Prof. Reini berbeda. Dia menjalani perannya dengan penuh semangat, memimpin dengan visi yang kuat.
Tidak banyak yang tahu bahwa Prof. Reini lahir dari keluarga yang memiliki sejarah panjang dalam pemerintahan dan akademik. Ini mungkin yang turut membentuk kepribadiannya, selain juga didikan di SMA Tarakanita, salah satu sekolah dengan reputasi disiplin yang tinggi di Jakarta. Bayangkan, bagaimana dari bangku sekolah, kemudian masuk ke dunia yang lebih luas di Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan ITB. Bukan tugas mudah, apalagi bagi seorang perempuan pada masanya. Namun, Reini menempuh perjalanan ini dengan kegigihan.
Beralih dari ITB, ia melanjutkan studi ke Purdue University, Amerika Serikat. Mendapatkan gelar Master dan Ph.D. di bidang Teknik Sipil di salah satu universitas terkemuka di dunia adalah pencapaian yang luar biasa. Ada pelajaran penting di sini—bahwa pendidikan tidak hanya soal gelar, tetapi juga soal komitmen terhadap pembelajaran seumur hidup. Reini mencontohkan hal ini dengan sangat baik melalui kontribusinya dalam berbagai penelitian dan publikasi.
Sebagai dosen dan Guru Besar di ITB, ia membimbing banyak mahasiswa untuk memahami pentingnya manajemen konstruksi dan bagaimana mengimplementasikan prinsip keberlanjutan di industri ini. Banyak yang tidak menyadari betapa rumitnya menggabungkan manajemen dan teknik dalam satu proyek konstruksi, terutama dengan tantangan yang ada di Indonesia. Mulai dari birokrasi hingga regulasi yang terkadang menghambat. Tapi di sinilah kecerdasan dan kepemimpinan Reini bersinar, membawa solusi yang inovatif dan pragmatis.
Satu hal yang menonjol adalah perannya dalam memperkenalkan prinsip-prinsip keberlanjutan dalam pengadaan pekerjaan konstruksi di Indonesia. Ini bukan hanya tentang membangun gedung atau infrastruktur; ini tentang bagaimana kita bisa melakukannya dengan cara yang lebih baik, lebih bertanggung jawab terhadap lingkungan dan masa depan kita. Dalam beberapa penelitiannya, Reini menekankan pentingnya SMK3 (Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja) dalam proyek-proyek berisiko tinggi, sesuatu yang seringkali diabaikan, namun sangat penting untuk kesejahteraan pekerja dan keberhasilan proyek.
Apa yang paling menarik dari perjalanan karier Reini adalah kemampuannya untuk menyeimbangkan antara tugas akademik, penelitian, dan manajemen. Bukan hal yang mudah untuk bisa berprestasi di banyak bidang sekaligus. Namun, Prof. Reini melakukannya dengan elegan. Ia tidak hanya mengajar, tetapi juga terus berkontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan melalui berbagai publikasi ilmiah. Misalnya, kajiannya tentang bagaimana alokasi anggaran biaya SMK3 pada proyek konstruksi berisiko tinggi adalah topik yang sangat relevan di industri teknik saat ini.
Di luar pekerjaannya, ia adalah istri, ibu, dan kini bahkan seorang ibu mertua. Dengan dua putranya yang sudah dewasa dan menantu di sampingnya, jelas bahwa Reini juga sangat berkomitmen pada keluarganya. Banyak perempuan yang merasa sulit menyeimbangkan karier dan kehidupan pribadi, tetapi Prof. Reini adalah contoh nyata bahwa itu bisa dilakukan, meskipun pasti ada tantangan di sepanjang jalan.
Menjadi rektor ITB tentu datang dengan tanggung jawab besar, termasuk memimpin proyek pengembangan besar seperti yang dia lakukan bersama JICA. Proyek seperti ini memerlukan perencanaan strategis, pengelolaan sumber daya, dan tentu saja, kepemimpinan yang kuat untuk memastikan semuanya berjalan lancar. Momen-momen seperti ini pasti membawa tekanan tersendiri. Tapi, bukankah itulah yang membuat perjalanan seorang pemimpin begitu menarik? Tentu saja, pasti ada hari-hari di mana semuanya tidak berjalan sesuai rencana. Tetapi, di situlah letak kekuatan seorang pemimpin, mampu bangkit dari kegagalan dan terus maju.
Dari perspektif orang ketiga, Reini adalah bukti bahwa wanita bisa, dan harus, memiliki tempat di puncak dunia akademik dan manajemen. Kepemimpinannya di ITB menjadi inspirasi bagi banyak perempuan muda yang mungkin ragu apakah mereka bisa berhasil di bidang yang didominasi oleh laki-laki. Seperti yang sering dia katakan dalam wawancaranya, kunci dari semuanya adalah ketekunan dan keyakinan pada diri sendiri.
Jika ada satu pelajaran yang bisa dipetik dari perjalanan Prof. Reini, itu adalah pentingnya untuk selalu belajar, selalu berusaha, dan tidak pernah berhenti memperjuangkan apa yang kita yakini. Apapun tantangannya, dengan kerja keras dan dedikasi, segala sesuatu mungkin dicapai.
Dan satu hal lagi, bagi generasi muda yang bermimpi mengikuti jejaknya, ingatlah: “Tidak ada yang instan.” Sukses adalah hasil dari proses panjang, dan itulah yang membuatnya begitu berharga.